Home » , » Sosialisasi FKMTHI

Sosialisasi FKMTHI

Written By Unknown on Senin, 19 September 2016 | 06.10

pada 14 September 2016 pukul 20.00 oleh Enok Ghosiyah selaku Sekjen FKMTHI dalam acara Orintasi Mahasiswa Baru Jurusan Ilmu Al Qur’an dan Tafsir dan Ilmu Hadis.
Menjadi seorang mahasiswa jangan pernah takut salah dan jangan pula selalu merasa benar. Maksud dari perkataan tersebut adalah ketika sudah menjadi mahasiswa, kita sudah bisa membedakan mana porsi siswa dan porsi mahasiswa, mahasiswa itu lebih tinggi dari siswa, artinya bukan lebih tinggi ilmunya tetapi lebih tinggi keberaniannya, lebih tinggi keingintahuan kita untuk mencari. Karakter mahasiswa adalah bukan memendam segala perasaan yang ada, bukan memendam rasa keingintahuan kita, yang nantinya akan selalu tersimpan di dalam hati dan menjadi penyakit seperti Ngedumel, kecewa, dan ketidakpuasan. Karakter mahasiswa adalah selalu membicarakan hal yang menurut kita tidak pas, hal yang tidak kita setujui, selalu kritis dan selalu bertanya, lalu mengapa mahasiswa harus seperti itu? Karena.. masa depan kemajuan masyarakat ada ditangan mahasiswa dan mahasiswa akan selalu menyuarakan suara rakyat. Kalau Bukan Mahasiswa Siapa Yang Akan Menyuarakan Suara Rakyat...? banyak sekali contoh tragedi-tragedi masyarakat Indonesia, kini bukan saatnya mahasiswa hanya menjadi penonton akan penindasan rakyat kecil, tetapi mahasiswa harus bisa mengkritisi pemerintah tentang hal tersebut, membawa nama seluruh rakyat yang tertindas. Dengan cara yang bagaimana mahasiswa harus menyuarakannya..? Dengan caranya masing-masing demi memajukan rakyat.
Adanya adanya organisasi kemahasiswaan seperti HMJ atau Himpunan Mahasiswa Jurusan, kita bisa mencari permasalahan terkini yang sedang terjadi di Indonesia, kita diskusikan bersama, mencoba memetakan masalah dan memecahkan masalah. Tuangkan seluruh ide dan gagasan kalian dalam diskusi harian maupun mingguan dengan mengeluarkan dalil-dalil al Quran dan Hadisnya, kemudian sebarkan hasil diskusi tersebut ke media sosial. Tanggung jawab sosial itu kita singkronkan dengan mahasiswa/i sekarang, apalagi mahasiswa Tafsir dan Hadis.
Jurusan Tafsir Hadis itu mau kemana, mau jadi apa sih..? budaya patriarkhi masih menggumpal dalam hati dan sanubari orang tua bahwasannya pendidikan atau pilihan jurusan yang dipilih itu harus menjadikan kita sebagai orang yang sukses sesuai jurusannya. Contoh pilihan masuk ke jurusan farmasi agar bisa ahli dalam bidang kesehatan, pilihan jurusan keguruan agar bisa menjadi seorang guru yang berkompeten. Orang tua tidak tersadarkan bahwa pada hakikatnya semua keinginan kembali kepada diri sendiri yang menentukan, bukan pada orang lain apalagi Jurusan. Tafsir Hadis mau jadi apa? Jurusan Tafsir Hadis harus selalu percaya dengan al Quran yang di firmankan oleh Allah bahwa jika kita menuntut ilmu pastilah akan diangkat derajatnya. Niat dari pada itu semua adalah ikhlas mencari ilmu juga ikhlas dalam mengamalkannya. Perlu kita ketahui bahwa ketika kita sudah berani memilih jurusan tafsir tentu kita harus bisa menjalaninya dan kita perlu mengetahui bahwa kriteria diri kita itu manusia yang bagaimana dan seperti apa. Contohnya kita adalah sebagai manusia yang penghafal al Quran atau penghafal Hadis, lalu apakah kita sebagai manusia harus menyendiri dengan khusyuknya menghafal? Tidak seperti itu karena kita sudah berada di dunia modern dan kita juga sebagai makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan manusia yang lain. Salah atu cara mengembangkannya adalah aktif berorganisasi dengan memperbanyak kajian-kajian tentang ilmu-ilmu al Quran dan Hadis yang diinterpretasikan dengan kehidupan sosial.
Keberanian dan rasa keingintahuan mahasiswa harus dilengkapi dengan interaksi sosial atau berada dalam suatu perkumpulan, berdiskusi dan bertanya. Semua pelajaran yang sudah diajarkan oleh dosen harus kita terapkan serta mengamalkan kepada mahasiswa-mahasiswa lain yang bukan berada pada ruang lingkup kita khususnya kepada sesama jurusan untuk mengkaji lebah dalam dan mengulang materi. Waktu kita untuk berdiskusi akan lebih banyak berada di luar kelas, karena ilmu yang kita dapat di kelas hanya memberikan 30 % dari waktu yang kita miliki dan 70 % waktu kita lebih banyak di luar untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak pula.
“Mahasiswa Kupu-Kupu” slogan itu mengartikan bahwa kita bukanlah pelajar biasa seperti anak SMP dan SMA yang hanya terpaku pada jam sekolah masuk jam 07.00 pulang jam 13.00. begitupun dengan mahasiswa, jangan pernah terpaku dengan jadwal dan jam kuliah yang pada akhirnya membuat kita menjadi seperti siswa yaitu setelah kuliah lalu pulang. Mahasiswa harus bisa berekspresi, berkarya, berkreatifitas bebas untuk menemukan jati diri kita sampai mana kemampuan kita di jurusan tafsir hadis ini. Tafsir Hadis itu sangat indah sekali kalau kita mau berkreatifitas dengan gaya kita sendiri untuk mengembangkan bakat dan keberanian.
Menjadi sarjana tafsir hadis tidak harus menjadi sebagai seorang ustadz dan ustadzah, banyak senior-senior kita yang sudah menduduki jabatan-jabatan tinggi seperti Kementerian Olah Raga yaitu Bapak Masnida Siroj, S.Th.I, anggota LIMA DPR RI Ibu Eem Marhamah, S. Th.I, Aminudin Hamid, S. Th.I beliau mendapat beasiswa bahasa Belanda di Universitas Indonesia, sekarang beliau meneruskan pendidikannya di Universitas Gajah Mada jurusan Ilmu Budaya Agama Islam. Dari beberapa nama senior di atas dapat disimpulkan bahwa kita jangan tersempitkan dengan lebel jurusan tafsir hadis. Oleh karena itu marilah kita berkarya untuk jurusan tafsir hadis agar kita tetap nyaman berada dalam ruang lingkupnya. Banggalah menjadi mahasiswa tafsir hadis.

Organisasi mahasiswa jurusan tafsir di kampus hanya menaungi mahasiswa tafsir hadis di kampus itu sendiri, karena perguruan tinggi ada di seluruh Indonesia dan ada jurusan tafsir hadis kita membentuklah suatu organisasi yang berkelas Nasional yang bernama FKMTHI. FKMTHI singkatan dari Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis se-Indonesia, semua jurusan tafsir hadis yang ada di perguruan tinggi Indonesia masuk kedalam struktural FKMTHI, FKMTHI dilindungi oleh Kementerian Agama yaitu Prof Komarudin Amir, FKMTHI didirikan pada 25 September tahun 2002, pada tahun ini terjadi Gempa Bumi di Yogyakarta dan pada saat itu seluruh berkas-berkas FKMTHI hilang hingga pada akhirnya FKMTHI fakum dan aktif kembali tahun 2012, di tahun inilah kami mulai merintis kembali FKMTHI serta merapihkan dan membuat kembali dokumen baru yang dulu hilang. Pada tahun 2012 FKMTHI dipelopori oleh Muhammad Tarim yang memulai sosialisai kembali dimulai dari Madura hingga ke seluruh Indonesia. Pemilihan Ketua Umum/Sekjen FKMTHI di Semarang di hadiri oleh Dr. Luthfi Fathullah, Bp. Said Agil Munawar untuk mencetuskan dan mengsahkan bahwa FKMTHI telah hidup kembali sebagai wadah aspirasi dan komunikasi mahasiswa tafsir dan hadis se-Indonesia. 2012-2013 dipimpin oleh Gus Hasan Albab dari STAIN Kudus. 

1 komentar :