pada 14 September 2016
pukul 20.00 oleh Enok Ghosiyah selaku Sekjen FKMTHI dalam acara Orintasi
Mahasiswa Baru Jurusan Ilmu Al Qur’an dan Tafsir dan Ilmu Hadis.
Menjadi seorang mahasiswa jangan pernah takut
salah dan jangan pula selalu merasa benar. Maksud dari perkataan tersebut
adalah ketika sudah menjadi mahasiswa, kita sudah bisa membedakan mana porsi
siswa dan porsi mahasiswa, mahasiswa itu lebih tinggi dari siswa, artinya bukan
lebih tinggi ilmunya tetapi lebih tinggi keberaniannya, lebih tinggi
keingintahuan kita untuk mencari. Karakter mahasiswa adalah bukan memendam
segala perasaan yang ada, bukan memendam rasa keingintahuan kita, yang nantinya
akan selalu tersimpan di dalam hati dan menjadi penyakit seperti Ngedumel,
kecewa, dan ketidakpuasan. Karakter mahasiswa adalah selalu membicarakan
hal yang menurut kita tidak pas, hal yang tidak kita setujui, selalu kritis dan
selalu bertanya, lalu mengapa mahasiswa harus seperti itu? Karena.. masa depan
kemajuan masyarakat ada ditangan mahasiswa dan mahasiswa akan selalu
menyuarakan suara rakyat. Kalau Bukan Mahasiswa Siapa Yang Akan
Menyuarakan Suara Rakyat...? banyak sekali contoh tragedi-tragedi
masyarakat Indonesia, kini bukan saatnya mahasiswa hanya menjadi penonton akan
penindasan rakyat kecil, tetapi mahasiswa harus bisa mengkritisi pemerintah
tentang hal tersebut, membawa nama seluruh rakyat yang tertindas. Dengan
cara yang bagaimana mahasiswa harus menyuarakannya..? Dengan caranya
masing-masing demi memajukan rakyat.
Adanya adanya organisasi kemahasiswaan seperti
HMJ atau Himpunan Mahasiswa Jurusan, kita bisa mencari permasalahan terkini
yang sedang terjadi di Indonesia, kita diskusikan bersama, mencoba memetakan
masalah dan memecahkan masalah. Tuangkan seluruh ide dan gagasan kalian dalam
diskusi harian maupun mingguan dengan mengeluarkan dalil-dalil al Quran dan
Hadisnya, kemudian sebarkan hasil diskusi tersebut ke media sosial. Tanggung
jawab sosial itu kita singkronkan dengan mahasiswa/i sekarang, apalagi
mahasiswa Tafsir dan Hadis.
Jurusan Tafsir Hadis itu mau kemana, mau jadi
apa sih..? budaya patriarkhi masih menggumpal dalam hati dan sanubari orang tua
bahwasannya pendidikan atau pilihan jurusan yang dipilih itu harus menjadikan
kita sebagai orang yang sukses sesuai jurusannya. Contoh pilihan masuk ke
jurusan farmasi agar bisa ahli dalam bidang kesehatan, pilihan jurusan keguruan
agar bisa menjadi seorang guru yang berkompeten. Orang tua tidak tersadarkan
bahwa pada hakikatnya semua keinginan kembali kepada diri sendiri yang
menentukan, bukan pada orang lain apalagi Jurusan. Tafsir Hadis mau jadi apa?
Jurusan Tafsir Hadis harus selalu percaya dengan al Quran yang di firmankan
oleh Allah bahwa jika kita menuntut ilmu pastilah akan diangkat derajatnya.
Niat dari pada itu semua adalah ikhlas mencari ilmu juga ikhlas dalam
mengamalkannya. Perlu kita ketahui bahwa ketika kita sudah berani memilih
jurusan tafsir tentu kita harus bisa menjalaninya dan kita perlu mengetahui
bahwa kriteria diri kita itu manusia yang bagaimana dan seperti apa. Contohnya
kita adalah sebagai manusia yang penghafal al Quran atau penghafal Hadis, lalu
apakah kita sebagai manusia harus menyendiri dengan khusyuknya menghafal? Tidak
seperti itu karena kita sudah berada di dunia modern dan kita juga sebagai
makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan manusia yang lain. Salah atu cara
mengembangkannya adalah aktif berorganisasi dengan memperbanyak kajian-kajian
tentang ilmu-ilmu al Quran dan Hadis yang diinterpretasikan dengan kehidupan
sosial.
Keberanian dan rasa keingintahuan mahasiswa
harus dilengkapi dengan interaksi sosial atau berada dalam suatu perkumpulan,
berdiskusi dan bertanya. Semua pelajaran yang sudah diajarkan oleh dosen harus
kita terapkan serta mengamalkan kepada mahasiswa-mahasiswa lain yang bukan
berada pada ruang lingkup kita khususnya kepada sesama jurusan untuk mengkaji
lebah dalam dan mengulang materi. Waktu kita untuk berdiskusi akan lebih banyak
berada di luar kelas, karena ilmu yang kita dapat di kelas hanya memberikan 30
% dari waktu yang kita miliki dan 70 % waktu kita lebih banyak di luar untuk
mendapatkan ilmu yang lebih banyak pula.
“Mahasiswa Kupu-Kupu” slogan itu mengartikan bahwa kita bukanlah pelajar
biasa seperti anak SMP dan SMA yang hanya terpaku pada jam sekolah masuk jam
07.00 pulang jam 13.00. begitupun dengan mahasiswa, jangan pernah
terpaku dengan jadwal dan jam kuliah yang pada akhirnya membuat kita menjadi
seperti siswa yaitu setelah kuliah lalu pulang. Mahasiswa harus
bisa berekspresi, berkarya, berkreatifitas bebas untuk menemukan jati diri kita
sampai mana kemampuan kita di jurusan tafsir hadis ini. Tafsir Hadis itu sangat
indah sekali kalau kita mau berkreatifitas dengan gaya kita sendiri untuk
mengembangkan bakat dan keberanian.
Menjadi sarjana tafsir hadis tidak harus
menjadi sebagai seorang ustadz dan ustadzah, banyak senior-senior kita yang
sudah menduduki jabatan-jabatan tinggi seperti Kementerian Olah Raga yaitu
Bapak Masnida Siroj, S.Th.I, anggota LIMA DPR RI Ibu Eem Marhamah, S. Th.I,
Aminudin Hamid, S. Th.I beliau mendapat beasiswa bahasa Belanda di Universitas
Indonesia, sekarang beliau meneruskan pendidikannya di Universitas Gajah Mada
jurusan Ilmu Budaya Agama Islam. Dari beberapa nama senior di atas dapat
disimpulkan bahwa kita jangan tersempitkan dengan lebel jurusan tafsir hadis.
Oleh karena itu marilah kita berkarya untuk jurusan tafsir hadis agar kita
tetap nyaman berada dalam ruang lingkupnya. Banggalah menjadi mahasiswa tafsir
hadis.
Organisasi mahasiswa jurusan tafsir di kampus
hanya menaungi mahasiswa tafsir hadis di kampus itu sendiri, karena perguruan
tinggi ada di seluruh Indonesia dan ada jurusan tafsir hadis kita membentuklah
suatu organisasi yang berkelas Nasional yang bernama FKMTHI. FKMTHI singkatan
dari Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis se-Indonesia, semua jurusan tafsir
hadis yang ada di perguruan tinggi Indonesia masuk kedalam struktural FKMTHI, FKMTHI
dilindungi oleh Kementerian Agama yaitu Prof Komarudin Amir, FKMTHI didirikan pada
25 September tahun 2002, pada tahun ini terjadi Gempa Bumi di Yogyakarta dan
pada saat itu seluruh berkas-berkas FKMTHI hilang hingga pada akhirnya FKMTHI
fakum dan aktif kembali tahun 2012, di tahun inilah kami mulai merintis kembali
FKMTHI serta merapihkan dan membuat kembali dokumen baru yang dulu hilang. Pada
tahun 2012 FKMTHI dipelopori oleh Muhammad Tarim yang memulai sosialisai
kembali dimulai dari Madura hingga ke seluruh Indonesia. Pemilihan Ketua
Umum/Sekjen FKMTHI di Semarang di hadiri oleh Dr. Luthfi Fathullah, Bp. Said
Agil Munawar untuk mencetuskan dan mengsahkan bahwa FKMTHI telah hidup kembali
sebagai wadah aspirasi dan komunikasi mahasiswa tafsir dan hadis se-Indonesia.
2012-2013 dipimpin oleh Gus Hasan Albab dari STAIN Kudus.
Hay... salam dari fkmthi DIY-JATENG
BalasHapus